1. Hujan
Zenithal
Hujan
zenithal terjadi karena massa udara yang banyak mengandung uap air naik secara
vertikal, sehingga massa udara itu terus mengalami penurunan suhu, sampai
akhirnya terjadi pengembunan (kondensasi), terbentuk awan konveksi, dan terjadi
hujan konveksi atau hujan zenithal.
2. Hujan
Orografis
Hujan orografis terjadi karena massa udara yang
mengandung uap air dipaksa bergerak naik lereng pegunungan. Semakin ke atas
udara semakin dingin, maka massa udara itu terus mengalami penurunan suhu, dan
mengalami kondensasi menjadi titik-titik air. Akhirnya di sekitar lereng
pegunungan terjadi hujan dinamakan hujan orografis atau hujan naik
pegunungan.
3.
Hujan Frontal
Hujan frontal terjadi di
daerah pertemuan antara massa udara panas dan massa udara dingin. Massa udara
panas yang kurang padat akan naik di atas massa udara dingin yang lebih padat.
Sepanjang bidang miring disebut daerah front. Hujan terjadi di daerah
front, karena massa udara panas yang lembab bertemu dengan massa udara dingin
sehingga terjadi kondensasi, kemudian terbentuk awan yang akhirnya turun hujan
disebut hujan frontal.
Jenis vegetasi suatu wilayah
menunjukkan tipe iklim.
a.
Vegetasi
daerah tropis berbeda dengan sub tropis, daerah sedang, & daerah dingin.
b.
Vegetasi
di daerah tropis misalnya hutan hujan tropis, berbagai pohon palma, dan
berbagai
tanaman buah-buahan.
c. Vegetasi
di daerah iklim kering akan dijumpai padang
rumput & pohon kaktus.
Jenis Vegetasi akan berbeda menurut bentang alamnya,
Vegetasi daerah pantai berbeda dengan
vegetasi daerah pegunungan. Daerah pantai suhunya lebih panas, vegetasi yg
tumbuh misalnya jagung, tebu, kelapa, dan kelapa sawit. Pada daerah pegunungan
akan tumbuh tanaman seperti sayuran, teh, tomat, dan kentang.
1. GANGGUAN IKLIM EFEK
RUMAH KACA
Sekarang iklim tidak lagi
bersifat tetap sepanjang tahun, ada kalanya mengalami perubahan dinamakan
gangguan iklim.
Banyaknya CO2 dan gas-gas
polutan lain di udara menyebabkan sinar matahari yang sampai ke bumi dan akan
dipancarkan kembali ke angkasa, sebagian tertahan oleh gas-gas itu, kemudian
dikembalikan lagi ke bumi. Akibatnya suhu udara di bumi makin panas. Gejala ini
disebut efek rumah kaca (greenhouse effect).
2. EL-NINO
dan LA-NINA
EL-NINO:
El-Nino adalah
peristiwa memanasnya suhu air permukaan air laut di pantai Peru-Equador
(Amerika Selatan). Gejala ini dapat mengakibatkan gangguan iklim secara global.
Proses terjadinya
El-Nino:
Air laut yang
panas dari perairan Indonesia bergerak ke timur sampai ke pantai barat Amerika
Selatan (Peru-Equador). Air laut yang panas dari pantai Amerika Tengah bergerak
ke arah selatan sampai di pantai Peru-Equador.
Terjadi pertemuan
air laut yang panas dari Indonesia dan dari Amerika Tengah, shg berkumpulah
massa air laut panas dalam jumlah besar dan luas. Permukaan air laut yang panas
menguap ke udara memuai ke atas (konveksi), terbentuklah daerah bertekanan
rendah (-).
Akibatnya semua
angin di sekitar Pasifik dan Amerika Selatan bergerak menuju ke pantai
Peru-Equador.
Di Indoensia,
angin muson datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar
membelok ke daerah tekanan rendah Peru-Equador. Akibatnya angin yang menuju
Indonesia hanya membawa sedikit uap air, sehingga terjadi musim kemarau
panjang.
LA-NINA:
Pada saat El-Nino
mulai melemah dan air laut yang panas di pantai Peru-Equador bergerak ke barat.
Perjalanan air
laut yang panas dari Peru-Equador ke arah barat akan sampai di Indonesia. Akibatnya
wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (-) dan semua
angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudera Hindia akan bergerak menuju
Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air. Akibatnya di Indonsia akan
terjadi hujan lebat. Hujan lebat dapat menimbulkan bencana alam seperti banjir,
tanah longsor.
0 komentar:
Posting Komentar